Rabu, 17 April 2013

MAKALAH SEJARAH INDUSTRI KECIL

DAMPAK INDUSTRI TUNGKU DI KERINCI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG MASALAH
Pertumbuhan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Masyarakat di Indonesia pada umumnya bermata pencaharian lebih ke pertanian sebagai basis ekonomi utamanya. Pertanian merupakan hasil usaha masyarakat yang memanfaatkan tanah liat atau lahan yang dapat dikelola dan dijadikan modal utama dalam kehidupan. Secara garis besar, komoditi Indonesia sekarang menjadi produksi padat yang menggunakan Sumber Daya Alam sekitar, di mana sekarang lapangan kerja telah padat di Indonesia.
Pertanian di Indonesia tidak terlepas dari masyarakat di pedesaan yang mana pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dengan membuat sawah, berladang atau berkebun[1]. Namun bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan akan menjadi buruh tani atau mengambil rumput dan menjualnya ke peternakan-perternakan hewan. Selain itu ada sebagian yang pergi merantau ke Negara-negara lain, demi meningkatkan ekonomi keluarganya.

Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat pengangguran atau kemiskinan, maka harus disediakan atau dibukanya lapangan kerja bagi penduduk Indonesia umumnya dan masyarakat Kerinci khususnya. Salah satu upaya tersebut adalah mengembangkan kreatifitas atau kerajinan seseorang, sehingga bisa mendirikan usaha dibidang industri kecil yang bersifat padat karya demi tercapainya perluasan kesempatan kerja.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya[2], seperti sebuah industri Tungku. Usaha sektor industri kecil yang berada di desa Koto Dian, kecamatan Hamparan Rawang, kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yaitu sebuah industri Tungku kayu dan arang yang diberi nama Tungku Family. Dengan dibukanya industri Tungku Family dapat membantu mengurangi pengangguran di daerah tersebut, sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf ekonominya.
Produksi usaha kerajinan tungku tanah liat merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam bidang produksi tungku. Pembuatan kerajinan tungku merupakan proses pemanfaatan dari tanah liat menjadi barang yang dapat dimanfaatkan menjadi tungku dapur sebagai alat untuk memasak yang ramah lingkungan, tungku ini tidak menggunakan bahan bakar minyak melainkan menggunakan kayu dan arang (batu bara). Sehingga tanah liat yang dibiarkan begitu saja dapat dijual dan mempunyai nilai yang lebih ekonomis.
Tungku ini ditemukan oleh Alpan di tempat tugasnya di desa terpencil tepatnya di Parit Pudin Kecamatan Tungkal Hilir yang belum tersentuh dengan listrik, namun minyak tanah di sana pun susah untuk didapat, maka tungku ini merupakan alat yang paling dominan untuk memasak. Kemudian Alpan pulang kampung dengan membawa oleh-oleh berbentuk Tungku. Namun sesampainya di rumah tungku tersebut telah pecah, Alpan berinisiatif untuk membuat ulang tungku tersebut sendiri tepatnya pada tahun 2004 yang awalnya hanya dibuat untuk keluarganya sendiri.
Dengan berjalannya waktu saudara-saudaranya pun melihat dan meminta diajarkan untuk membuat tungku[3]. Beberapa minggu kemudian masyarakat sekitar pun melihat kerajinan tungku tersebut dan merasa tertarik, mereka mencoba untuk memesan. Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada pada tahun 2005 saudara dari Alpan membuka pesanan tungku, akhirnya menjadi sebuah industri kecil yang diberi nama dengan Tungku Family, kemudian industri ini berkembang hingga sekarang.
Pengrajin dari kerajinan ini yang sebelumnya merupakan para petani dan perantau yang tergabung dalam suatu keluarga, industri ini berdiri pada bulan Oktober 2005 yang awalnya  hanya beranggotakan  5 orang. Pada pertengahan tahun 2006 sempat terjadi penurunan dalam produksi tungku, karena tidak mengetahui cara-cara pemasaran yang baik, serta cara pembuatan yang  sangat tradisional. Kemudian dibantu oleh Industri Perdagangan dengan memperkenalkan tungku tersebut kepada daerah-daerah lain.
  Produksi tungku ini dapat berkembang dengan pesat. Pada akhir tahun 2007 produksi ini telah diberi izin dan diresmikan oleh Industri perdagangan untuk diperdagangkan, Tungku ini telah sering di ikut sertakan baik dalam perlombaan-perlombaan Industri kecil dan juga ikut di pameran-pameran daerah. Sehingga kerajinan ini banyak dilirik oleh masyarakat sekitar dan kota lain[4].
Produk kerajinan kelompok pengolahan hasil tungku tanah liat merupakan hasil olahan kerajinan dari tanah liat yang dicampur dengan sekam padi yang telah dibakar dengan ukuran tinggi 15 cm sampai dengan 60 cm dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi dan dapat digunakan dengan kayu bakar ataupun bara.
Seiring berjalannya waktu, usaha kerajinan Tungku ini sudah terlihat berkembang hal ini dikarenakan adanya minat masyarakat terhadap Tungku. Untuk Pemasaran tungku ini ada yang membawa ke Bukittinggi, Payakumbuh, Medan, dan Jambi Pada tahun 2009 pesanan pun meningkat. Demi memenuhi permintaan konsumen, serta menjaga mutu produk dan jumlah produk, maka industri ini memerlukan tenaga kerja sehingga membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Sekarang pengrajin Tungku ini sudah mencapai 16 orang, dimana pengrajinnya berasal dari desa Koto Dian sendiri.
Usaha pembuatan kerajinan tungku tanah liat yang ada di masyarakat sudah berjalan enam tahun dari tahun 2005 sampai sekarang. Perubahan yang terjadi dalam enam tahun ini di Desa Koto Dian adalah dengan adanya Industri tungku ini masyarakatnya dapat meningkatkan taraf ekonominya sendiri.
Pembuatan tungku tanah liat ini masih diproduksi secara tradisional dimana peralatan yang digunakan masih sangat sederhana. Pembuatan tungku tanah liat ini selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, produksinya juga telah dipasarkan diberbagai daerah. Oleh karena itu, pembuatan tungku tanah liat harus mempunyai orientasi pasar dengan memanfaatkan faktor produksi secara efisien sehingga akan meningkatkan pendapatan yang maksimal dari tungku tanah liat yang dihasilkan.
Usaha ini mengalami perkembangan baik dari modal, tenaga kerja dan penjualan. Tidak hanya berdampak terhadap tungku juga berdampak terhadap ekonomi keluarga mereka, salah satunya keluarga Asdar yang telah mampu membiayai pendidikan anak-anaknya hingga meraih sarjana, ada juga yang akan menyambung S2 di Padang, dimana sebelumnya anak-anaknya hanya menamatkan Sekolah menengah umum[5] dan pergi merantau ke Malaysia untuk mencari nafkah.
Dalam pembuatannya, industri ini tidak membutuhkan modal yang besar, bahan-bahannya pun tidak sulit untuk diperoleh, sedangkan bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan Tungku tersebut antara lain yaitu tanah liat dan sekam padi yang mudah didapatkan di desa bersangkutan. Melihat kenyataan diatas penulis tertarik untuk membahasnya lebih lanjut, maka penulis mengangkatnya dalam sebuah proposal penelitian yang berjudul Industri Tungku di Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci (2004-2012)”.

1.2    Pembatasan dan Perumusan Masalah

a.       Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalahan diatas, maka masalah yang dibatasi secara spasial adalah wilayah Di Desa Koto Dian, kecamatan Hamparan Rawang, Kabupaten Kerinci. Pengambilan batasan ini karena Di Desa Koto Dian terdapat Industri Tungku. Sedangkan batasan temporalnya meliputi kurun waktu (2004-2012).
Pada tahun 2004 dijadikan batasan awal, karena ekonomi masyarakat disekitar adalah petani, penyabit rumput dan merantau. Pada tahun 2012 dijadikan batasan akhir, karena Industri Tungku Di Desa Koto Dian membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

b.      Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah:
1.       Sejak kapan mulai munculnya Industri Tungku Di Desa Koto Dian, Kecamatan Hamparan Rawang, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi
2.       Bagaimana perkembangan produksi Tungku Di Desa Koto Dian.
3.       Apakah ada terdapat peningkatan perekonomian masyarakat dari tahun (2004– 2012) dengan adanya Industri Tungku Famili di Desa Koto Dian Kec. Hamparan Rawang Kab. Kerinci”.

1.3  Tujuan dan Manfaat Penelitian

a.       Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui perkembangan Industri Kecil terhadap masyarakat sekitar, dalam memperbaiki taraf ekonominya.
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan mutu dan kualitas Tungku Famili.
3.      Membandingkan perekonomian masyarakat Kec. Hamparan Rawang sebelum adanya Industri Tungku Famili dan setelah adanya Industri tersebut.

b.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Secara teoritis / akademis, Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya Khasanah kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai Industri Tungku Famili di Kec. Hamparan Rawang Kab. Kerinci. Serta  dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengambil kencah penelitian berbeda dan dengan sampel penelitian yang lebih banyak.
2.      Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi masyarakat sekitar untuk meningkatan mutu Industri Tungku Famili di Kec. Hamparan Rawang, Kab. Kerinci.
3.      Dapat memberikan informasi tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat untuk meningkatkan mutu dan kualitas Tungku Famili.















[1] Hutri Randa... Usaha Kerajinan Tungku Tanah Liat Yuara Indag Family, (Kerinci; makalah Kuliah... STIA, 2012)
[2] Dewi Susinta, “Peraan dan Aktifitas Kanwil PerindustrianDalam Mengembangkan Industri Kecil dan Usaha Formal”.   Laporan Penelitian, (Padang Pusat Penelitian Universitas Andalas, 1990).hlm.1.
[3]  Wawancara dengan Alpan; 29 Maret 2012 di Koto Dian Rawang
[4]  Wawancara dengan Yeprizal; Ketua Kelompok; 30 Maret 2012 di Koto Dian Rawang
[5]  Wawancara dengan Jon Hendri; Sekretaris Kelompok; 2 April 2012 di Koto Dian Rawang