BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pertumbuhan
penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Masyarakat di
Indonesia pada umumnya bermata pencaharian lebih ke pertanian sebagai basis
ekonomi utamanya. Pertanian merupakan hasil usaha masyarakat yang memanfaatkan
tanah liat atau lahan yang dapat dikelola dan dijadikan modal utama dalam
kehidupan. Secara garis besar, komoditi Indonesia sekarang menjadi produksi
padat yang menggunakan Sumber Daya Alam sekitar, di mana sekarang lapangan kerja
telah padat di Indonesia.
Pertanian
di Indonesia tidak terlepas dari masyarakat di pedesaan yang mana pada umumnya
bermata pencaharian sebagai petani dengan membuat sawah, berladang atau
berkebun[1].
Namun bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan akan menjadi buruh tani atau
mengambil rumput dan menjualnya ke peternakan-perternakan hewan. Selain itu ada
sebagian yang pergi merantau ke Negara-negara lain, demi meningkatkan ekonomi
keluarganya.
Salah
satu upaya untuk mengurangi tingkat pengangguran atau kemiskinan, maka harus
disediakan atau dibukanya lapangan kerja bagi penduduk Indonesia umumnya dan
masyarakat Kerinci khususnya. Salah satu upaya tersebut adalah mengembangkan
kreatifitas atau kerajinan seseorang, sehingga bisa mendirikan usaha dibidang
industri kecil yang bersifat padat karya demi tercapainya perluasan kesempatan
kerja.
Industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
penggunaannya[2],
seperti sebuah industri Tungku. Usaha sektor industri kecil yang berada di desa
Koto Dian, kecamatan Hamparan Rawang, kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yaitu
sebuah industri Tungku kayu dan arang yang diberi nama Tungku Family. Dengan
dibukanya industri Tungku Family dapat membantu mengurangi pengangguran di
daerah tersebut, sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf ekonominya.
Produksi
usaha kerajinan tungku tanah liat merupakan salah satu usaha yang bergerak
dalam bidang produksi tungku. Pembuatan kerajinan tungku merupakan proses
pemanfaatan dari tanah liat menjadi barang yang dapat dimanfaatkan menjadi
tungku dapur sebagai alat untuk memasak yang ramah lingkungan, tungku ini tidak
menggunakan bahan bakar minyak melainkan menggunakan kayu dan arang (batu
bara). Sehingga tanah liat yang dibiarkan begitu saja dapat dijual dan
mempunyai nilai yang lebih ekonomis.
Tungku
ini ditemukan oleh Alpan di tempat tugasnya di desa terpencil tepatnya di Parit
Pudin Kecamatan Tungkal Hilir yang belum tersentuh dengan listrik, namun minyak
tanah di sana pun susah untuk didapat, maka tungku ini merupakan alat yang
paling dominan untuk memasak. Kemudian Alpan pulang kampung dengan membawa
oleh-oleh berbentuk Tungku. Namun sesampainya di rumah tungku tersebut telah
pecah, Alpan berinisiatif untuk membuat ulang tungku tersebut sendiri tepatnya pada
tahun 2004 yang awalnya hanya dibuat untuk keluarganya sendiri.
Dengan
berjalannya waktu saudara-saudaranya pun melihat dan meminta diajarkan untuk membuat
tungku[3]. Beberapa
minggu kemudian masyarakat sekitar pun melihat kerajinan tungku tersebut dan
merasa tertarik, mereka mencoba untuk memesan. Dengan tidak menyia-nyiakan
kesempatan yang ada pada tahun 2005 saudara dari Alpan membuka pesanan tungku, akhirnya
menjadi sebuah industri kecil yang diberi nama dengan Tungku Family, kemudian
industri ini berkembang hingga sekarang.
Pengrajin
dari kerajinan ini yang sebelumnya merupakan para petani dan perantau yang
tergabung dalam suatu keluarga, industri ini berdiri pada bulan Oktober 2005
yang awalnya hanya beranggotakan 5 orang. Pada pertengahan tahun 2006 sempat
terjadi penurunan dalam produksi tungku, karena tidak mengetahui cara-cara
pemasaran yang baik, serta cara pembuatan yang sangat tradisional. Kemudian dibantu oleh
Industri Perdagangan dengan memperkenalkan tungku tersebut kepada daerah-daerah
lain.
Produksi
tungku ini dapat berkembang dengan pesat. Pada akhir tahun 2007 produksi ini
telah diberi izin dan diresmikan oleh Industri perdagangan untuk diperdagangkan,
Tungku ini telah sering di ikut sertakan baik dalam perlombaan-perlombaan
Industri kecil dan juga ikut di pameran-pameran daerah. Sehingga kerajinan ini
banyak dilirik oleh masyarakat sekitar dan kota lain[4].
Produk
kerajinan kelompok pengolahan hasil tungku tanah liat merupakan hasil olahan
kerajinan dari tanah liat yang dicampur dengan sekam padi yang telah dibakar
dengan ukuran tinggi 15 cm sampai dengan 60 cm dengan bentuk dan ukuran yang
bervariasi dan dapat digunakan dengan kayu bakar ataupun bara.
Seiring
berjalannya waktu, usaha kerajinan Tungku ini sudah terlihat berkembang hal ini
dikarenakan adanya minat masyarakat terhadap Tungku. Untuk Pemasaran tungku ini
ada yang membawa ke Bukittinggi, Payakumbuh, Medan, dan Jambi Pada tahun 2009
pesanan pun meningkat. Demi memenuhi permintaan konsumen, serta menjaga mutu
produk dan jumlah produk, maka industri ini memerlukan tenaga kerja sehingga
membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Sekarang pengrajin Tungku ini
sudah mencapai 16 orang, dimana pengrajinnya berasal dari desa Koto Dian
sendiri.
Usaha
pembuatan kerajinan tungku tanah liat yang ada di masyarakat sudah berjalan enam
tahun dari tahun 2005 sampai sekarang. Perubahan yang terjadi dalam enam tahun
ini di Desa Koto Dian adalah dengan adanya Industri tungku ini masyarakatnya
dapat meningkatkan taraf ekonominya sendiri.
Pembuatan
tungku tanah liat ini masih diproduksi secara tradisional dimana peralatan yang
digunakan masih sangat sederhana. Pembuatan tungku tanah liat ini selain untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, produksinya juga telah dipasarkan diberbagai
daerah. Oleh karena itu, pembuatan tungku tanah liat harus mempunyai orientasi
pasar dengan memanfaatkan faktor produksi secara efisien sehingga akan
meningkatkan pendapatan yang maksimal dari tungku tanah liat yang dihasilkan.
Usaha
ini mengalami perkembangan baik dari modal, tenaga kerja dan penjualan. Tidak
hanya berdampak terhadap tungku juga berdampak terhadap ekonomi keluarga mereka,
salah satunya keluarga Asdar yang telah mampu membiayai pendidikan anak-anaknya
hingga meraih sarjana, ada juga yang akan menyambung S2 di Padang, dimana
sebelumnya anak-anaknya hanya menamatkan Sekolah menengah umum[5]
dan pergi merantau ke Malaysia untuk mencari nafkah.
Dalam
pembuatannya, industri ini tidak membutuhkan modal yang besar, bahan-bahannya pun
tidak sulit untuk diperoleh, sedangkan bahan baku yang dibutuhkan dalam
pembuatan Tungku tersebut antara lain yaitu tanah liat dan sekam padi yang
mudah didapatkan di desa bersangkutan. Melihat kenyataan diatas penulis
tertarik untuk membahasnya lebih lanjut, maka penulis mengangkatnya dalam
sebuah proposal penelitian yang berjudul “
Industri Tungku di Hamparan Rawang
Kabupaten Kerinci (2004-2012)”.
1.2
Pembatasan
dan Perumusan Masalah
a.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalahan diatas, maka
masalah yang dibatasi secara spasial adalah wilayah Di Desa Koto Dian,
kecamatan Hamparan Rawang, Kabupaten Kerinci. Pengambilan batasan ini karena Di
Desa Koto Dian terdapat Industri Tungku. Sedangkan batasan temporalnya meliputi
kurun waktu (2004-2012).
Pada tahun 2004 dijadikan batasan awal, karena
ekonomi masyarakat disekitar adalah petani, penyabit rumput dan merantau. Pada
tahun 2012 dijadikan batasan akhir, karena Industri Tungku Di Desa Koto Dian
membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
b.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah
diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah:
1. Sejak
kapan mulai munculnya Industri Tungku Di Desa Koto Dian, Kecamatan Hamparan
Rawang, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi
2. Bagaimana
perkembangan produksi Tungku Di Desa Koto Dian.
3. Apakah
ada terdapat peningkatan perekonomian masyarakat dari tahun (2004– 2012) dengan
adanya Industri Tungku Famili di Desa Koto Dian Kec. Hamparan Rawang Kab.
Kerinci”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan
Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan
penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui perkembangan Industri Kecil terhadap masyarakat sekitar, dalam
memperbaiki taraf ekonominya.
2. Untuk
mengetahui langkah-langkah yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan mutu
dan kualitas Tungku Famili.
3. Membandingkan
perekonomian masyarakat Kec. Hamparan Rawang sebelum adanya Industri Tungku
Famili dan setelah adanya Industri tersebut.
b. Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah:
1. Secara
teoritis / akademis, Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya Khasanah
kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai Industri Tungku Famili di Kec.
Hamparan Rawang Kab. Kerinci. Serta
dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat menindaklanjuti
hasil penelitian ini dengan mengambil kencah penelitian berbeda dan dengan
sampel penelitian yang lebih banyak.
2. Secara
praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi masyarakat sekitar
untuk meningkatan mutu Industri Tungku Famili di Kec. Hamparan Rawang, Kab.
Kerinci.
3. Dapat
memberikan informasi tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat
untuk meningkatkan mutu dan kualitas Tungku Famili.
[1] Hutri Randa... Usaha Kerajinan Tungku Tanah Liat Yuara
Indag Family, (Kerinci; makalah Kuliah... STIA, 2012)
[2] Dewi Susinta, “Peraan dan Aktifitas Kanwil
PerindustrianDalam Mengembangkan Industri Kecil dan Usaha Formal”. Laporan Penelitian, (Padang Pusat Penelitian
Universitas Andalas, 1990).hlm.1.
[3] Wawancara dengan Alpan; 29 Maret 2012 di Koto
Dian Rawang
[4] Wawancara dengan Yeprizal; Ketua Kelompok; 30 Maret 2012 di Koto
Dian Rawang
[5] Wawancara dengan Jon Hendri; Sekretaris Kelompok; 2 April 2012 di
Koto Dian Rawang